Rumah layak untuk masyarakat di Pulau Terdepan NKRI

id pengentasan kemiskinan,Natuna,dana alokasi khusus,Kepri ,terpencil terdepan terluar,perbatasan Oleh Muhamad Nurman

Rumah layak untuk masyarakat di Pulau Terdepan NKRI

Kawasan kumuh di Batu Kapala, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna. ANTARA/Muhamad Nurman

Natuna (ANTARA) - Terik matahari yang menyengat di Puak, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (20/5) siang itu, tak sedikit pun memutus semangat tubuh-tubuh penuh peluh mengayun palu, cangkul, dan berbagai perkakas lainnya.

Mereka bukanlah buruh profesional yang didatangkan dari luar Kabupaten Natuna, melainkan para calon penghuni rumah yang sedang membangun tempat tinggal impian mereka sendiri.

Rumah yang tengah dibangun itu merupakan program pengentasan permukiman kumuh dari pemerintah pusat. Jumlah yang dibangun sebanyak 57 unit rumah tipe 36 bagi warga Batu Kapal, Kecamatan Bunguran Timur.

ke 57 rumah ini dibangun di Puak, di kecamatan yang sama di atas tanah milik Pemerintah Kabupaten Natuna yang sebelumnya dirancang sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) namun diurungkan karena pemukiman mulai tumbuh.

Selama ini 57 Kepala Keluarga (KK) di Batu Kapal hidup di kawasan yang tidak layak huni yaitu di pesisir laut yang rawan bencana, tanpa akses sanitasi yang memadai, tanpa fasilitas dasar yang memadai dan tanah yang ditinggali bukan milik pribadi melainkan masyarakat lain serta Pemkab Natuna.

"Kami bersyukur ada program ini, jika tidak kami akan terus hidup tanpa sanitasi yang baik, dan harus siap digusur apabila pemilik lahan mau menggunakan tanah miliknya," ucap Ketua RT Batu Kapal, Ibrahim

Pembangunan ini bukan sekadar menyediakan hunian baru, melainkan juga memberikan harapan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Yang menarik, proses pembangunan rumah-rumah tersebut tidak menjadi tanggung jawab pihak kontraktor, namun penerima manfaat karena proyek dikerjakan secara swakelola, dengan Ketua RT sebagai Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat.

Pada program ini penerima manfaat tidak hanya menunggu kunci rumah diberikan, melainkan dilibatkan mengaduk semen, menyusun bata, hingga mengangkat besi. Semua dilakukan dengan kerja keras dan penuh rasa tanggung jawab. Pekerjaan yang mereka lakukan juga diberi upah, sebagai upaya pemerintah meningkatkan ekonomi, mengembalikan martabat dan kemandirian.

Selain itu, proyek ini membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar, karena ada penerima manfaat yang merupakan para ibu rumah tangga tanpa suami dan orang-orang yang sudah tidak mampu bekerja berat.

Proses pembangunan rumah di Puak, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna. ANTARA/Muhamad Nurman

Bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan tetap, kesempatan menjadi buruh bangunan membawa arti baru, merasa dihargai dan terlibat langsung dalam perubahan.

Beberapa ibu-ibu setempat juga mendapat berkah dengan berjualan air minum dan makanan ringan, memenuhi kebutuhan para pekerja yang lelah dan lapar. Kehidupan sosial dan ekonomi kecil pun tumbuh di sekitar lokasi pembangunan.

Pembangunan proyek ini menggunakan dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp5,4 miliar. Namun, nilai sejati dari proyek ini jauh melampaui angka tersebut. Di balik setiap bata yang tersusun, tersimpan nilai-nilai gotong-royong, keterlibatan warga, dan rasa memiliki yang tumbuh dari dalam hati para penerima manfaat.

Proyek ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi masyarakat. Mereka belajar bekerja sama, belajar seluk-beluk konstruksi bangunan, dan yang paling penting, belajar bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tangan sendiri ketika diberi kepercayaan dan kesempatan.

Meski rumah-rumah itu belum sepenuhnya rampung, semangat dan tekad yang menyertainya sudah lebih dulu membangun fondasi kokoh berupa harapan masa depan yang cerah.

Peran Pemerintah Kabupaten Natuna

Harapan besar yang tertanam di dada para penerima 57 unit rumah permanen tersebut, tidak terlepas dari perjuangan keras tim Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna. Mereka telah bekerja tanpa lelah, menyusun proposal berkali-kali, memperbaiki data secara teliti, serta menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah pusat. Semua itu dilakukan untuk meyakinkan bahwa di ujung utara negeri ini, ada masyarakat yang tidak bisa terus menunggu perubahan.

Di tengah upaya efisiensi anggaran, Pemkab Natuna juga mengalokasikan sebagian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebagai bentuk komitmen nyata dalam mendukung program pembangunan dan kesejahteraan penduduk di wilayah terluar.

APBD digunakan untuk membangun fasilitas pendukung seperti penerangan jalan, sistem sanitasi, ruang terbuka hijau, dan pengadaan tempat sampah.

Kerja keras dan komitmen tersebut akhirnya membuahkan hasil nyata. Dana turun, pembangunan dimulai, dan meski proyek belum sepenuhnya rampung, setiap pondasi yang berdiri menjadi bukti ketulusan pemerintah dan menjadi bukti kuat bahwa pemerintah tidak pernah benar-benar meninggalkan warga di daerah terpencil.

Kini, angin yang berhembus di sekitar Batu Kapal tidak lagi hanya membawa rasa cemas akibat kondisi lingkungan yang kurang layak. Angin tersebut kini membawa harapan baru tentang sebuah tempat yang bernama rumah yang benar-benar layak huni, dibangun dengan perlahan namun penuh keikhlasan dan perhatian dari semua pihak.

"Proyek ini berasal dari DAK tematik yang mensyaratkan kontribusi dana dari pemerintah daerah," ucap Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Perkimtan) Natuna Suratmojo.

Lingkungan bersih dan hak milik

Rumah-rumah layak huni ini dibangun di atas lahan seluas 1,9 hektare yang terbagi menjadi empat blok. Setiap blok dilengkapi dengan jalan dan sistem drainase yang kini sedang dalam tahap lelang pengerjaan, dengan nilai proyek mencapai Rp2,6 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Berbeda dengan pembangunan rumah yang melibatkan masyarakat penerima manfaat, pengerjaan fasilitas pendukung ini dilakukan oleh pihak ketiga.

Selain proyek jalan dan drainase, berbagai fasilitas pendukung lain seperti penerangan jalan, sistem sanitasi, suplai air bersih, ruang terbuka hijau, hingga pengadaan tempat sampah juga tengah dikembangkan secara terencana, sebagian besar menggunakan dana APBD. Dari perencanaan ini, permukiman baru tersebut dipastikan akan menjadi kawasan yang asri dan indah.

Keindahan lingkungan ini tidak hanya berasal dari pembangunan fisik, tetapi juga dari panorama alam yang mengelilingi. Di belakang lokasi pemukiman berdiri kokoh Gunung Ranai, seolah menjadi saksi bisu dan simbol harapan.

Gunung itu tampak seperti pengingat bahwa selama masyarakat percaya pada kepemimpinan yang bijak dan selalu memelihara semangat positif, maka Natuna akan terus berkembang menjadi daerah yang lebih maju dan sejahtera.

Hal lainnya yang tidak kalah menakjubkan adalah rumah yang didapat berserta tanah 10 kali 15 menjadi hak milik penerima manfaat.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rumah layak untuk masyarakat di Pulau Terdepan

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE
OSZAR »