Batam (ANTARA) - Selepas menjalankan tugas sebagai Wakapolres Lingga, Kompol Andi Sutrisno bergegas mengemudikan kendaraannya menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bhabul Khairat, Kelurahan Dabo, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.
Alamat yang dituju sesuai dengan informasi yang diberikan Bripka Hendri, anggota Bhabinkamtibmas Kecamatan Singkep, bahwa akan dikebumikan jenazah Almarhum Syarifah Halimah binti Said Umar yang wafat di usia 71 tahun.
Dengan menempuh jarak sekitar 5 km dari Mapolres, Andi berupaya tiba tepat waktu, agar berkesempatan turun ke liang lahat bersama petugas gali kubur, menyambut jenazah dan membaringkannya ke tempat peristirahatan terakhir.
Saking buru-burunya, pria 57 tahun ini belum sempat berganti seragam dinas, hanya kopiah putih yang dikenakannya sebagai tanda bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat yang berduka, meskipun ia memiliki pangkat.
Sebagian ada yang mengenal siapa gerangan pria berseragam cokelat itu, namun sebagian yang lain menganggapnya adalah kerabat keluarga almarhum yang ditinggalkan. Karena selain tukang gali kubur, hanya keluarga yang biasanya menyambut jenazah di liang lahat.
Sebelum ikut turun ke liang lahat, Andi terlebih dahulu meminta izin kepada kerabat almarhum untuk bisa ikut mengebumikan. Hal ini dilakukan agar niat tulusnya tidak menimbulkan tafsir beragam, terlebih karena jabatan dan pangkat yang diembannya.
Ini bukan yang pertama kalinya. Pernah dalam satu hari, Andi datang ke tiga pemakaman sekaligus. Tugas menyambangi masyarakat yang berduka ini dijalaninya sejak dimutasi ke Lingga sebagai Wakapolres pada pertengahan 2024 hingga kini.
Tidak peduli siang, malam, hujan atau panas terik, Andi memastikan akan hadir langsung ke pemakaman, dan ikut menguburkan jenazah, setelah tugas wajibnya sebagai Wakapolres selesai dijalankan. Bahkan tak masalah walau harus menempuh jarak 15 km jauhnya.
Bersama dengan Bhabinkamtibmas, Andi melaksanakan Sambang Duka, program Polres Lingga untuk mempererat hubungan emosional antara kepolisian dan masyarakat, serta menumbuhkan rasa solidaritas sosial di tengah kehidupan masyarakat.
“Ini murni panggilan hati saya, bukan untuk pencitraan. Tapi, berangkat dari hati saya terdalam. Ada rasa kelegaan setelah ikut mengebumikan warga yang meninggal,” ucap Andi saat berbincang dengan ANTARA melalui sambungan telefon di Batam, Sabtu (14/6).

Panggilan hati
Hatinya lega setelah turun ke liang lahat, membantu membaringkan jenazah, lalu mengebumikannya hingga selesai. Hatinya akan merasa ada yang kurang apabila tidak bisa ikut membantu menguburkan jenazah warganya yang meninggal.
Sebagai orang nomor dua di jajaran Polres Lingga, Andi tidak merasakan kengerian saat bersentuhan langsung dengan jenazah dan masuk liang kubur. Baginya hal itu sudah panggilan hati.
Dulu sebelum menjabat sebagai Wakapolres, di mana ada temuan mayat, entah itu peristiwa pembunuhan, pencurian, kecelakaan atau lainnya, di situ ada sosok Andi Sutrisno, yang mengawali karir kepolisiannya di bagian identifikasi (Inafis) sejak tahun 1994.
Lama bergelut dengan urusan identifikasi jenazah membuatnya akrab dengan kalangan jurnalis, sebagai sumber informasi penting terjadinya peristiwa tindak pidana, atau peristiwa yang menarik perhatian masyarakat, hingga wartawan senior di Kota Batam, Kepulauan Riau, menyematkan kata “mayat” di akhir nama panggilannya.
Perwira menengah Polri itu dengan nada riang menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan panggilan tersebut, tanpa merasa keberatan, karena baginya julukan itu adalah pembuktian atas tugas dan pengabdian yang dijalaninya selama menjadi anggota Indonesian Automatic Fingerprint Identification System (Inafis).
Selama kurang lebih 20 tahun Andi bertugas lebih banyak di Inafis, mulai di Polresta Barelang tahun 1994 hingga 2007, kemudian berlanjut lagi pada 2007 sampai 2011. Dia juga pernah dimutasi di Polda Kepri di bagian humas.
Karena lama berkecimpung di Inafis, membuat Andi terbiasa dengan jenazah. Menurut dia, mengurus jenazah warga jauh lebih mudah ketimbang mengurus temuan mayat yang meninggal karena dibunuh atau korban pencurian dan sebagainya.
Inafis merupakan garda terdepan Polri dalam mengidentifikasi tempat kejadian perkara. Berada di bawah reserse kriminal (Reskrim). Bertugas menyelenggarakan fungsi identifikasi untuk mendukung penyidikan dan penegakan hukum.
“Coba tanya sama wartawan senior di Batam ini, kenal tidak sama Andi Mayat,” ucapnya berseloroh.
Tumbuhkan kepercayaan
Tidak hanya dekat dengan kalangan jurnalis, Andi juga akrab dengan petugas gali kubur dan pemakaman. Tak jarang dalam setiap kegiatan sambang duka, lulusan Secaba Riau tahun 2007 itu sudah disambut dengan baik.
Sambang duka yang dilakukan Andi pun diterima baik oleh warga. Bahkan, tidak hanya anggota Bhabinkamtibmas yang memberikannya informasi di mana ada warga yang meninggal, tapi warga juga bisa langsung memberitahukan kepadanya.
Bahkan sang istri, yang juga sama-sama berprofesi sebagai polisi sudah maklum dengan kebiasaan suami yang ingin hadir di tengah masyarakat tidak hanya di kala bahagia atau penegakan hukum saja, tapi juga dalam duka.
Bagi warga, kedatangan Andi ke pemakaman sanak keluarganya, sebuah kehormatan karena dihadiri langsung oleh pejabat daerah.
Namun, Andi lagi-lagi menegaskan, sambang duka bukan buat panggung pencitraan, tapi bukti nyata hadirnya Polri di tengah-tengah masyarakat baik dalam suka maupun duka.
Program sambang duka ini menjadi jembatan bagi Polres Lingga untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, hadir dalam setiap persoalan. Jika tidak mampu memberi bantuan berupa materi, dengan tenaga pun sudah cukup untuk meringankan beban yang dirasakan orang yang ditinggalkan.
Kapolres Lingga AKBP Pahala Martua Nababan mengatakan sambang duka merupakan bagian dari inovasi pendekatan humanis Polri, khususnya Polres Lingga dan polsek jajaran. Tujuannya, memperkuat hubungan emosional dan spiritual antara kepolisian dan masyarakat.
“Kehadiran kami adalah bentuk nyata solidaritas dan kepedulian. Ini bukan sekadar tugas, tapi panggilan hati. Kami ingin menunjukkan bahwa Polri selalu bersama masyarakat, dalam suka maupun duka,” kata Pahala.
Pemolisian masyarakat
Seperti motto Polri “Kami ada untuk melindungi, kami hadir untuk mengayomi, kami siap untuk melayani”.
Memasuki masa akhir jabatannya, Andi Sutrisno memiliki harapan agar bisa memberikan yang terbaik bagi institusi. Tak tercela dan tak mengecewakan kepercayaan masyarakat.
Lahir dari keluarga yang juga polisi, tidak serta merta membuat Andi jemawa dengan jabatan dan keahlian yang dimiliki.
Wartawan senior di Batam, Ocha Alqhifari mengenal sosok Andi Mayat sebagai pribadi yang berdedikasi tinggi, loyal pada instansi dan tidak pernah mengemis jabatan.
Selalu mencintai dunia identifikasi, sehingga beberapa kali dimutasi di jabatan baru seperti Wakasatreksrim Polresta Barelang dan Humas Polda Kepri, selalu berupaya untuk bisa kembali ke Inafis.
Kini sisa setahun lagi masa pengabdiannya, Andi dalam setiap kesempatan bertemu masyarakat, berdialog guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.
Dalam setiap pesannya, dia mengatakan bahwa dalam diri setiap manusia ada polisi. Ayah yang marah kepada anaknya yang kedapatan mencuri atau kebut-kebutan di jalan, itu adalah polisi
“Polisi itu seperti kata Rasulullah SAW, mengajak pada amar ma’ruf, nahi mungkar, yakni menyuruh kebaikan, mencegah kejahatan. Setiap kita adalah polisi, cuma bedanya bukan institusi,” kata Andi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sambang duka pengabdian seorang Andi “Mayat”
Komentar